Electronic Resource
Analisis Efisiensi Perbankan Syariah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Komparansi Indonesia dan Malaysia)
Di Indonesia perbankan syariah pertama kali muncul pada tahun 1992,
sedangkan di Malaysia perbankan syariah muncul pada tahun 1983. Pada hari ini,
Indonesia telah memiliki 11 Bank Umum Syariah dan Malaysia memiliki 16 Bank
Islam. Meskipun demikian, perbankan syariah di suatu negara memiliki beberapa
perbedaan baik secara umum ataupun khusus, tergantung dari perbedaan
lingkungan. Perbedaan itu antara lain 1) Sistem ekonomi suatu negara; 2)
Pemikiran dari ulama (madzhab); 3)struktur yang legal; dan 4) Pendekatan yang
digunakan untuk pengembangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan membandingkan efisiensi
relatif perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) berdasarkan pendekatan intermediasi. DEA adalah
metode non-parametris untuk menentukan efisien relatif dan kinerja manajerial
berdasarkan data empiris yang telah dipilih berupa input dan output dari unit
pengambil keputusan. Adapun variabel input yang digunakan adalah biaya tenaga
kerja, aset tetap, Dana Pihak Ketiga yang dirincikan menjadi Giro, Tabungan dan
Deposito. Sementara itu, variabel output yang digunakan adalah pendapatan
lainnya dan pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank ke masyarakat yang
kemudian dirincikan menjadi Pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil dan pembiayaan dengan akad Qard.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya terdapat 3 dari 11 BUS
Indonesia atau sekitar 27.27% yang efisien dari tahun 2008 sampai tahun 2012
yakni Bank Jabar Banten Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank Victoria Syariah,
sementara itu, terdapat 2 dari 13 BUS Malaysia atau sekitar 15.38% yang efisien
selama periode pengamatan yaitu Public Islamic Bank Berhard dan Maybank
Islamic. pada tahun 2012 sumber inefisien terbesar pada BUS Indonesia berasal
dari variabel biaya tenaga kerja, sedangkan sumber inefisiensi terbesar BUS
Malaysia pada tahun 2012 adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Oleh
sebab itu diharapkan BUS yang masih belum efisien bisa meningkatkan tingkat
efisiensinya untuk tahun berikutnya dengan memperbaiki variabel input maupun
output yang masih belum efisien dan merujuk kepada BUS yang sudah efisien.
No other version available