Electronic Resource
Determinan krisis perbankan pada sistem perbankan ganda di Indonesia: langkah awal sistem deteksi dini krisis
Krisis finansial berulang kali menerpa berbagai negara di dunia secara
bergiliran baik negara berkembang maupun negara maju. Bahkan, pada periode
ekonomi modern seperti sekarang, intensitasnya menjadi lebih sering dan akut.
Karena itu, sistem deteksi dini krisis menjadi penting adanya dalam rangka
menghindari dampak negatif krisis yang lebih parah.
Penelitian ini mencoba meneliti indikator apa saja yang dapat dijadikan
acuan dalam meramalkan seberapa besar kemungkinan akan terjadinya krisis di
negara yang bersifat dual banking seperti Indonesia dengan menggunakan metode
regresi logistik biner.
Hasil penelitian menunjukkan kesimpulan penting yang menarik. Pertama,
bank syariah cenderung bermasalah dengan likuiditas (dengan bukti FAR yang
signifikan) sedangkan bank konvensional cenderung bermasalah dengan
solvabilitas (CAR yang signifkan). Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa
bank syariah baru akan krisis jika sektor riil terganggu. Sementara bank
konvensional akan senantiasa bergejolak jika ada gangguan krisis finansial.
Kedua, terkait variabel M2RES yang signifikan, baik pada model syariah maupun
konvensional, maka hal ini bisa saja merupakan akibat dari berlakunya fiat money
dan fractional reserve banking system (FRBS). Padahal kedua hal tersebut
merupakan penyumbang excess money supply yang cukup besar. Sehingga
menjadi hal yang wajar dipahami jika kedua model –baik syariah maupun
konvensional- memiliki kondisi serupa. Sebagai konsekuensinya, maka entitas
perbankan syariah sesungguhnya tidak benar-benar akan terbebas dari dampak
buruk krisis finansial.
Kesimpulan ketiga yang tidak kalah penting adalah berangkat dari fakta
bahwa suku bunga (INTR) ternyata bernilai signifikan pada model konvensional
namun tidak demikian jika ia ada pada model syariah, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa policy rate seperti BI-rate memang sangat efektif mengontrol
dan mempengaruhi instrumen moneter lain berikut juga perilaku bank-bank
konvensional. Namun di sisi lain, hal ini juga mengindikasikan bahwa perbankan
konvensional memang cukup rentan dengan gejolak moneter maupun krisis
finansial. Dengan demikian, menjadi alasan yang rasional bagi otoritas moneter
dalam hal ini Bank Indonesia untuk memberikan support lebih terhadap
keberlangsungan keuangan dan perbankan syariah di Indonesia dengan tujuan
mencapai kondisi moneter yang stabil dan optimal.
No other version available